Title
Now showing items 116-120 of 1526
ANALISA PERFORMA HONDA SUPRA X 125 MENGGUNAKAN KARBURATOR STANDART DAN KARBURATOR RACING BERBAHAN BAKAR PERTALITE
lailam qadarul harahap, junaidi () 2022Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Performa Honda Supra X 125 Menggunakan Karburator Standart dan Karburator Racing Berbahan Bakar Pertalite. Metode yang digunakan adalah eksperimen yang dilakukan pada Motor Honda Supra X 125. Torsi engine yang dihasilkan oleh motor Honda Supra X 125 menggunakan bahan bakar Pertalite lebih besar dengan menggunakan Karburator Racing mencapai Torsi maksimum yaitu 17,5 Nm pada putaran engine 4000 rpm, sedangkan Torsi maksimum yang dicapai Karburator Standart yaitu 12,2 Nm pada putaran engine 4000 rpm. Daya engine yang dihasilkan oleh motor Honda Supra X 123 menggunakan bahan bakar Pertalite lebih besar dengan menggunakan Karburator Racing yaitu mencapai Daya engine maksimum yaitu 14,7 hp pada putaran engine 8000 rpm, sedangkan Daya engine maksimum yang dicapai Karburator Standart yaitu 9,6 hp pada putaran engine 6000 dan 8000 rpm. Sfc engine yang dihasilkan oleh motor Honda Supra X 123 menggunakan bahan bakar Pertalite lebih besar dengan menggunakan Karburator Standart yaitu mencapai 0,7103 kg/hp.jam pada putaran engine 9000 rpm, sedangkan Sfc engine karburator Racing paling banyak yaitu 0,6247 kg/hp.jam pada putaran engine 9000 rpm. Hal ini menunjukkan semakin besar rpm yang digunakan maka semakin besar pula Torsi, Daya dan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik yang digunakan.
ANALISA PERFORMA HONDA SUPRA X 125 MENGGUNAKAN KARBURATOR STANDART DAN KARBURATOR RACING BERBAHAN BAKAR PERTALITE
Harahap, Lailam Qadarul () 2020Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Performa Honda Supra X 125 Menggunakan Karburator Standart dan Karburator Racing Berbahan Bakar Pertalite. Metode yang digunakan adalah eksperimen yang dilakukan pada Motor Honda Supra X 125. Torsi engine yang dihasilkan oleh motor Honda Supra X 125 menggunakan bahan bakar Pertalite lebih besar dengan menggunakan Karburator Racing mencapai Torsi maksimum yaitu 17,5 Nm pada putaran engine 4000 rpm, sedangkan Torsi maksimum yang dicapai Karburator Standart yaitu 12,2 Nm pada putaran engine 4000 rpm. Daya engine yang dihasilkan oleh motor Honda Supra X 123 menggunakan bahan bakar Pertalite lebih besar dengan menggunakan Karburator Racing yaitu mencapai Daya engine maksimum yaitu 14,7 hp pada putaran engine 8000 rpm, sedangkan Daya engine maksimum yang dicapai Karburator Standart yaitu 9,6 hp pada putaran engine 6000 dan 8000 rpm. Sfc engine yang dihasilkan oleh motor Honda Supra X 123 menggunakan bahan bakar Pertalite lebih besar dengan menggunakan Karburator Standart yaitu mencapai 0,7103 kg/hp.jam pada putaran engine 9000 rpm, sedangkan Sfc engine karburator Racing paling banyak yaitu 0,6247 kg/hp.jam pada putaran engine 9000 rpm. Hal ini menunjukkan semakin besar rpm yang digunakan maka semakin besar pula Torsi, Daya dan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik yang digunakan. KATA KUNCI: Karburator, Bahan Bakar, Pertalite
ANALISA PERFORMA SEPEDA MOTOR PCX 150 INJEKSI STANDARD DENGAN PCX 150 INJEKSI MENGGUNAKAN HYBIRD SYSTEM PARALLEL DAN MOTOR ASSIST BERBAHAN BAKAR PERTAMAX DENGAN MENERAPKAN PERAWATAN PREVENTIVE MAINTENANCE
Pradipta, Aditya Agung () 2022Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ANALISA PERFORMA SEPEDA MOTOR PCX 150 INJEKSI STANDARD DENGAN PCX 150 INJEKSI MENGGUNAKAN HYBIRD SYSTEM PARALLEL DAN MOTOR ASSIST BERBAHAN BAKAR PERTAMAX DENGAN MENERAPKAN PERAWATAN PREVENTIVE MAINTENANCE, Metode yang digunakan adalah eksperimen yang dilakukan pada Motor Honda PCX 150 FI. Torsi engine yang dihasilkan oleh motor Honda PCX 150 F1 lebih besar dengan menggunakan Hybrid yaitu 18,4 Nm pada putaran engine 6000 rpm, sedangkan Torsi engine terendah yaitu 8,3 Nm pada putaran engine 2000 rpm menggunakan bahan bakar Pertmax.Daya engine yang dihasilkan oleh motor Honda PCX 150 F1 lebih besar dengan menggunakan Hybrid yaitu 11,8 hp pada putaran engine 6000 rpm, sedangkan Daya engine terendah yaitu 1,8 hp pada putaran engine 2000 rpm menggunakan bahan bakar Pertamax. KATA KUNCI: Bahan Bakar, Motor Injeksi, Performa
ANALISA PERHITUNGAN GAYA POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP MATERIAL DENGAN PAHAT CARBIDE MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK
junaidi () 2019Penelitian Pahat potong Carbide ini mengambil kesimpulan bahwa setiap adanya waktu perubahan pelaksanaan pengerjaan ,secara tidak langsung terjadinya perubahan pada kecepatan potong,Energi panas pada pemotongan logam,panas dikarenakan gesekan pahat chip, panas yang timbul akibat gaya gunting .SelanjutnAya berpengaruh terjadinya perubahan pada Temperatur Maximum walaupun dilakukan dengan gaya yang tetap dari hasil ini didapatkan data untuk waktu pengerjaan 2 ,4 dan 8 jam kecepatan potong ( Vc) = 2,66 m/s , 3,16 m/s ,3,83 m/s dengan Daya potong(Pc) = 14,77 Hp dan Daya Elektro motor (Pg) = 18,7 Hp.Untuk gaya-gaya yang terjadi pada proses pembubutan didapat Fc = 350 kg ,Ft = 180,3 kg ,Fs = 280,9 kg, Fns = 350 kg , Fv= 397 kg, Ff = 218 kg , Fn = 332 kg . Hasil yang didapat untuk Pm adalah 102 kal/s,116kal/s,169kal/s untuk Pf adalah 2172 kal/s,2580 kal/s,3127 kal/s untuk Ps adalah 128 kal/s , 152 kal/s 184 kal/s.Temperatur Zone 1 dan Temperatur Zone 2 adalah untuk Өm adalah 76,940C , 76,93 0C , 73,28 0C dan Өf adalah 4,82 0 C dengan waktu2,4 dan 8 jam. Selanjutnya untuk ∆tm = 584 0C , 583 0 C , 582 0C .Untuk ∆ts adalah: 8,6 0C,8,5 0C ,8,4 0C .Untuk ∆to = Temperatur kamar diambil 28 0C.Untuk Temperatur Maximun ∆.max = 620,6 0C,619,50C,618,4 0C
ANALISA PERUBAHAN SIFAT MEKANIS BAJA AISI 1045 BERDIAMETER 25 MM AKIBAT PERLAKUAN PANAS TEMPERING DAN MENGGUNAKAN TENSILE TEST DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR
rifki gunawan , junaidi , fadly a. kurniawan () 2020Dalam proses pengerjaan yang dialami, terutama proses laku-panas yang diterima selama proses pengerjaan. Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu baja. Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi. Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah menjadi fasa padat pada suhu 13.500 C, pada fasa ini lah berlangsung perubahan struktur mikro. Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase austenit yang kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin udara. Hasil pendingin ini berupa perlit dan ferit namun hasilnya jauh lebih mulus dari anneling. hasil tegangan setelah proses tempering memperlihatkan nilai tertinggi pada suhu 200 oC yaitu 1482, 311 N/mm2 dan nilai terendah pada suhu 400 oC yaitu 1104, 75 N/mm2 .